Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Dianggarkan
Baginda hidup pada tahun 1837-1690 SM
dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1750 SM. Baginda ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di
Syam. Nama Baginda disebutkan sebanyak 16 kali di dalam Al-Quran dan mempunyai 12 anak. Baginda wafat di Alkhalil Hebron, Palestina.
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim
sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti
A'zar. Ia adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang kedua bernama Ishu.
Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana
rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain
bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya
yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan
mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah
diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya
minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak
diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh
berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin
dan mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan irihati,
bahkan ia selalu diancam maka datanglah Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap
permusuhan itu. Ia berkata mengeluh : " Wahai ayahku! Tolonglah berikan
fikiran kepadaku, bagaimana harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku
mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan
hatiku, sehinggakan menjadihubungan persaudaraan kami ber dua renggang dan
tegang tidak ada saling cinta mencintai saling sayang-menyayangi. Dia marah
karena ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan soleh,
rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia menyombongkan
diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa
anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku
kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang
mencemas dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana
aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan.
Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa
kesal hati melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin
meruncing:" Wahai anakku, karena usiaku yang sudah lanjut aku tidak dapat
menengahi kamu berdua ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku sudah
membongkok raut mukaku sudah kisut berkerut dan aku sudak berada di ambang
pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khuatir
bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin
meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu
dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan
pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di
negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau harus
pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah engkau ke Fadan A'raam di daerah
Irak, di mana bermukin bapa saudaramu saudara ibumu Laban bin Batu;il. Engkau
dapat mengharap dikahwinkan kepada salah seorang puterinya dan dengan demikian
menjadi kuatlah kedudukan sosialmu disegani dan dihormati orang karena karena
kedudukan mertuamu yang menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana
dengan iringan doa drpku semoga Allah memberkahi perjalananmu, memberi rezeki
murah dan mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram.
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si
anak. Ya'qub melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari
krisis hubungan persaudaraan antaranya dan Ishu, apalagi dengan mengikuti
saranan itu ia akan dapat bertemu dengan bapa saudaranya dan anggota-anggota keluarganya
dari pihak ibunya .Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang
diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta air mata yang
tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya dan ibunya ketika akan
meninggalkan rumah.
Nabi Ya'qub Tiba di Irak
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan
panas mataharinya yang terik dan angi samumnya {panas} yang membakar kulit,
Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana bapa
saudaranya Laban tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu , ia sesekali berhenti
beristirehat bila merasa letih dan lesu .Dan dalam salah satu tempat
perhentiannya ia berhenti karena sudah sgt letihnya tertidur dibawah teduhan
sebuah batu karang yang besar .Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi
bahwa ia dikurniakan rezeki luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan
anak cucuc yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur.
Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke
kiri dan sedarlah ia bahawa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia
percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuia
dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya. Dengan diperoleh
mimpi itu ,ia merasa segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi
hilang seolah-olah ia memperolehi tanaga baru dan bertambahlah semangatnya
untuk secepat mungkin tiba di tempat yang di tuju dan menemui sanak-saudaranya
dari pihak ibunya.
Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota
Fadan A'ram setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan yang
membosankan tiada yang dilihat selain dari langit di atas dan pasir di bawah.
Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binatang-binatang peliharaan
berkeliaran di atas ladang-ladang rumput ,burung-burung berterbangan di udara
yang cerah dan para penduduk kota berhilir mundir mencari nafkah dan keperluan
hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti
sebentar bertanya salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya
Laban barada. Laban seorang kaya-raya yang kenamaan pemilik dari suatu
perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang
untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah
seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada
Ya'qub:"Kebetulan sekali, itulah dia puterinya Laban yang akan dapat
membawamu ke rumah ayahnya, ia bernama Rahil.
Dengan ahti yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri
yang ayu itu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan
ada sesuatu yang mengikat lidahnya ,ia mengenalkan diri, bahwa ia adalah
saudara sepupunya sendiri. Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung
dair ayah si gadis itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu bahwa ia
datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan dengan tujuan hendak menemui Laban ,ayahnya
untuk menyampaikan pesanan Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu. Maka dengan
senang hati sikap yang ramah muka yang manis disilakan ya'qub mengikutinya
berjalan menuju rumah Laban bapa saudaranya.
berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa saudara
dengan anak saudara, menandakan kegembiraan masing-masing dengan pertemuan yang
tidak disangka-sangka itu dan mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang
dicucurkan oleh rasa terharu dan sukcita. Maka disapkanlah oleh Laban bin
Batu'il tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda
dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka
hatinya seperti di rumahnya sendiri.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban
,bapa saudaranya sebagai anggota keluarga disampaikan oleh Ya'qub kdp bapa
saudranya pesanan Ishaq ayahnya, agar mereka berdua berbesan dengan
mengahwinkannya kepada salah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di
terima oleh Laban dan setuju akan mengahwinkan Laban dengan salah seorang
puterinya, dengan syarat sebagai maskahwin, ia harus memberikan tenaga kerjanya
di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya'qub
menyetujuinya syarat-syarat yang dikemukakan oleh bapa saudaranya dan
bekerjalah ia sebagai seorang pengurus perusahaan penternakan terbesar di kota
Fadan A'raam itu.
Setelah mas tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai
pekerja dalam perusahaan penternakan Laban ,ia menagih janji bapa saudaranya
yang akan mengambilnya sebagai anak menantunya. Laban menawarkan kepada ya'qub
agar menyunting puterinya yang bernama Laiya sebagai isteri, namun anak
saudaranya menghendaki Rahil adik dari Laiya, kerana lebih cantik dan lebih ayu
dari Laiya yang ditawarkannya itu.Keinginan mana diutarakannya secara terus
terang oleh Ya'qub kepada bapa saudaranya, yang juga dari pihak bapa saudaranya
memahami dan mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan tetapi adat istiadat
yang berlaku pada waktu itu tidak mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya
kahwin lebih dahulu. karenanya sebagi jalan tengah agak tidak mengecewakan
Ya'qub dan tidak pula melanggar peraturan yang berlaku, Laban menyarankan agar
anak saudaranya Ya'qub menerima Laiya sebagai isteri pertama dan Rahil sebagai
isteri kedua yang akan di sunting kelak setelah ia menjalani mas kerja tujuh
tahun di dalam perusahaan penternakannya.
Ya'qub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan
merasa berhutang budi kepadanya yang telah menerimanya di rumah sebagai
keluarga, melayannya dengan baik dan tidakdibeda-bedakan seolah-olah anak
kandungnya sendiri, tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima cadangan bapa
saudaranya itu . Perkahwinan dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun
kedua ditanda-tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikahwinkanlah
Ya'qub dengan Rahil gadis yang sangat dicintainya dan selalu dikenang sejak
pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadan A'raam. Dengan demikian Nabi
Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut
syariat dan peraturan yang berlaku pada waktu tidak terlarang akan tetapi oleh
syariat Muhammad s.a.w. hal semacam itu diharamkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya iaitu kedua
isteri ya'qub seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga mereka.
Dan dari kedua isterinya serta kedua hamba sahayanya itu Ya'qub dikurniai dua
belas anak, di antaraya Yusuf dan Binyamin dari ibu Rahil sedang yang lain dari
Laiya.
Kisah Nabi Ya'qub Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Ya'qub tidak terdapat dalam Al-Quran secara
tersendiri, namun disebut-sebut nama Ya'qub dalam hubungannya dengan Ibrahim,
Yusuf dan lain-lain nabi. Bahn kisah ini adalah bersumberkan dari kitab-kitab
tafsir dan buku-buku sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar