Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin
Nuh. Baginda dfianggarkan hidup pada tahun 1997-1822 SM dan diangkat menjadi
nabi pada tahun 1900 SM. Baginda tinggal di Kaldaniyyun, Ur, negeri yang disebut
kini sebagai Iraq. Nama Baginda disebutkan
sebanyak 69 kali dalam Al-Quran dan wafat di Alkhalil, Hebron, Palestin.
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin
Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh
A.S. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam
kerajaan "Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja
bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang
makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun
pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani
mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah.
Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah memberi karunia mereka
dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah
patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur
dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk
pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus
terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt
dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan
kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan
ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut
disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela
menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat
dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai
tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk,
membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia
yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina
diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang
berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya
lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai
pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan
membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan
fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya
termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan
dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu
adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali
kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Tuhan pencipta alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya
keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid
yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk
menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung
-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan
membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "
Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah
Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak
memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya
ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang
mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan
kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah
mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku
bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah
menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada
kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku
telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin
sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman
dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku
kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu
diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti
bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping
mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan
bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang
letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah
itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah
terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari
bahagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan
enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu
mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat
burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya
sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya
yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan
dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk
mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman
dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di
langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata
"Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang
dikenhendaki " Fayakun".
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana
kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari
patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli
patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia
lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya
dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada
berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan
bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar
melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah
Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan
oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg
kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan
rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak
dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan
apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya
padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak
dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah.
Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu
adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia
sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan
dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali
menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan
memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala
isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar
kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan
hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina
kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu
dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka
dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki
hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi
Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari
kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku
yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan
amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu
dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur
denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku
sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya
dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah
seray berkaat: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap
memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan
selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan
malang dengan doaku utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah
ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan
ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya
yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik
ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah
kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah
dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah
,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang
kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan
melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya
untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan
yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan
mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut
dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya
menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi
Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil
dan alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan
apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak
akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mrk warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi
berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak
mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan
selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari
cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan
berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak
syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada
kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk
sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna
bagi mrk dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk
kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari
raya yang mrk anggap sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di
suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang
cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk
kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar
meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu.
Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan
diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi
Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia
turut serta.
" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata
hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi
senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara
daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah
kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah
ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung
yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan
bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim,
mengejek:" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan
bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."Kemudian disepak,
ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak
yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak
diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang
dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan
mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas
lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan
keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang
diantara mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan
mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan
yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan
berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya
orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari
suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian
yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan
patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang
dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap
kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar
dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam
suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut
serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar
pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat
turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara
terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu,
seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara
yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari
tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala
pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang
pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan
mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan,
menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah
berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau
yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan
tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:
" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya
itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah
yang menghancurkannya."
Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang
satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi
ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung
itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya
kepadanya?" Tibalah waktunya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,
maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato
membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian,
semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi
Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah
patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak
dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan
tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya
kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir
dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang
hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang
menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas
bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan
kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut,
para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup
sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk,
maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan
itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia
kepadanya."
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus
dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang
telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh
seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan
dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk
secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang
ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah
dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota
membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di
antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa
sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan
mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala
ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan
untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit,
berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri
Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat
yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang
ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu,
Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia
kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:"
Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia
dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap
menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah
tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban
keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang
terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa
dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai
yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian
yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api,
hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba
pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang
ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang
tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi
abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti
biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai
meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri
sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku,
padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai
tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati
kecilnya mulai meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa
ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk
merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi
Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu
telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim
dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi
Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan
kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan
patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali
ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin
menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran
dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para
pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa
pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar