Nabi Ismail bin Ibrahim Azar bin Nahur dari keturunan Sam
bin Nuh. Dianggarkan Baginda hidup pada
tahun 1911-1774 SM dan dianggar menjadi nabi pada tahun 1850 SM. Baginda tinggal di Amaliq dan qabilah Yaman, Makkah.
Nama Baginda disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al-Quran dan mempunyai 12 anak. Baginda meninggal tahun 1779 SM di
Makkah.
Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir
bersama Sarah, isterinya dan Hajar, dayangnya di tempat tujuannya di Palestin.
Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang
telah diperolehinya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi (setagen) ialah
Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah
yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil.
tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan
itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri
sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang
dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan
bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sgt gembira
dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan
permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah
merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim
a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.
Untuk suatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh
Nabi Ibrahim Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan
Sarah isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah
ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama
ibunya akan di tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi
Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas
untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah
yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi
Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota
masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya
menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.
Ismail dan Ibunya Hajar Ditingalkan di Makkah
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh
yang memenatkan tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di
Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari
seluruh dunia. di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah
unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar
bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan
minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir,
yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya
Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya
yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu
gunung dan pasir. Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi
Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di
tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada
pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban
mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah
Hajar merasa tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama
puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukan
nya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih
terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan
ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia
berkata kepada Hajar :
"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan
kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang
memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu
di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak
sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku
yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa
tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan
barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."
Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar
melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang
untanya kembali ke Palestin dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi
tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan
air matanya keetika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju
kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak
sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon
kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera
dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam
doanya:" Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak
keturunannya di dekat rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari
tanaman dan manusia agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah
hati sebahagian manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari
buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu."
Mata Air Zamzam
Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya
di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah
ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan
perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan
pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim.
Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya
sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus meneteki anaknya, namun air
teteknya makin lama makin mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang
tidak dapat minuman yang memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan
tidak henti-hentinya menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas
mendengar tangisan anaknya yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan
ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang
dpt meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah
usahanya. Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh
mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang
didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang
mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat itu namun
ternyata bahawa yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan
kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang
memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka karena
dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar
mundar-mundir berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada
akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus asa.
Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan
tidak berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan
pertolongan-Nya datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya:" Siapakah
sebenarnya engkau ini?" " Aku adalah hamba sahaya Ibrahim".
Jawab Hajar." Kepada siapa engkau dititipkan di sini?"tanya
Jibril." Hanya kepad Allah",jawab Hajar.Lalu berkata Jibril:"
Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi
Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak
akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya."
Kemudian diajaklah Hajar mengikuti-nya pergi ke suatu
tempat di mana Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan
segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa
Allah .Itulah dia mata air Zamzam yang sehingga kini dianggap keramat oleh
jemaah haji, berdesakan sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk air
daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu disebut orang " Injakan
Jibril ".
Alngkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang
mancur itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan
segera pula terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu
yang merasa sgt bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang
mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah
dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.
Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung
berterbangan mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa
Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah.
Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara,
nescaya dibawanya terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa orang untuk
memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di
mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya
tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok
suku Jurhum itu memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana
kedatangan mrk disambut dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku
Jurhum di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan
kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan
dengan puteranya saja.
Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah
membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan
kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.
Nabi Ismail Sebagai Qurban
Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk
mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan
rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya
yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang
ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan
umum.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim
a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi
seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka
perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.
Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi.
Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun
diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di
mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang
diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya,
tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah
sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa
agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam
bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya
kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain.
Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun
yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim,
namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui
di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak
membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya
sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan
berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan
menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada
Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud
kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada
ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh
Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar
dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah
itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga
menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah
yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila
melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan
penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang
terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini
untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan
baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium
pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai
seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan
ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah
kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah
parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua
mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya
ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau
menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan
kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan
memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan
di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu
ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah
yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada
Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi
Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya.
untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit
pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang
tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi
seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia
kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati
memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan
laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap
tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah
ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam
usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah
dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan
mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan
."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu,
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia
di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang
yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah
berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di
seluruh pelosok dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar