Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, jamur, virus, dan lain-lain) maupun produk
dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari
pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti
biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia,
matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan
yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia
sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah
pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan
tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta
pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa
lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin
walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis
Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan
secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat,
terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya
berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan
DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun
kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di
bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun
penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi
rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman
dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan
lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada
pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian
minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang
bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis
baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai
kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh,
teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat
kecaman dari bermacam-macam golongan.
Kemajuan bioteknologi di dunia sangat pesat sehingga
dipercaya sebagai gelombang baru ekonomi dunia setelah teknologi informasi.
Bioteknologi modern lahir tahun 1970 dan mengalami revolusi karena perubahan
paradigma pemanfaatan materi hayati dari tingkat seluler ke tingkat molekuler.
Perkembangan mulai dari rekayasa genetika, rekayasa protein sampai rekayasa
jaringan semua didasari oleh teknologi yang berdasar pada pengetahuan biologi
molekuler tadi. Indonesia memulai pengembangan bioteknologi tahun 1985 dan
terus berkembang sampai sekarang dengan penguasaan utama bidang pertanian.
Dengan semakin banyaknya sektor industri di Indonesia yang ikut masuk ke bioteknologi
selain yang sudah ada yaitu pertanian dan ditambah sekarang dengan farmasi,
kosmetika dan pangan, maka peluang bioteknologi di Indonesia semakin besar di
masa datang. Penyediaan SDM bioteknologi Indonesia menjadi lebih penting
dirasakan oleh karena itu.
1. Pendahuluan
Bioteknologi, sering didengar tapi mungkin jarang
dirasakan manfaatnya di Indonesia. Bila pun pernah diketahui, produk
bioteknologi modern seperti kapas transgenik tahan hama yang ditanam secara
terbatas di Sulawesi Selatan beberapa tahun lalu, justru mendatangkan protes
akan keselamatan lingkungannya oleh sebagian masyarakat. Sementara berita yang
didengar di luar negeri, bioteknologi adalah teknologi masa depan [1].
Gelombang kedua ekonomi dunia setelah teknologi informasi. Bagaimana bisa?
2. Memahami Bioteknologi
Bioteknologi adalah ilmu tua yang menjadi muda berkat
sebuah revolusi ilmu pengetahuan. Sudah sejak 8000 tahun yang lalu, bangsa
Mesir kuno menggunakan sejenis mikroba yeast Saccharomyces atau ragi untuk
pembuatan roti dan minuman anggur [2]. Ragi itu merubah gula dalam cairan
anggur menjadi alkohol. Dalam adonan roti, gelembung gas yang dihasilkan dalam
proses fermentasi, membuat roti jadi empuk sehingga enak dimakan. Penggunaan
mikroba lainnya dikenal dalam pembuatan keju seperti jenis Roquefort,
Gorgonzala, Brie dan yang mungkin lebih terkenal, jenis Camembert di pusat
pembuatan keju dunia yaitu Swiss. Di sini mikroba mold Penicillum roqueforti
atau kapang berperan merubah komposisi susu menjadi berbagai aroma dan warna. Lebih
dekat kepada kita, nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan kapang yang
lain yaitu Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah
penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan.
Sehingga ilmu tua bioteknologi adalah penggunaan jasad renik atau makhluk hidup
secara umum pada tingkat sel atau disebut seluler [3].
Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an dengan
munculnya teknologi DNA rekombinan. Istilah DNA rekombinan mungkin sudah pernah
didengar tapi samar-samar maknanya. Ilmuwan dari Universitas Kalifornia di San
Fransisco (UCSF) bernama Herbert Boyer berhasil mengembangkan teknologi canggih
untuk dapat memotong rantai DNA lalu menyambungnya lagi. Tetapi karena materi
DNA berukuran sangat kecil, hal ini tidak dapat dibuktikan dengan melihat
langsung karena jumlahnya juga sangat sedikit. Masih dari daerah yang sama
yaitu propinsi Kalifornia-AS, seorang ilmuwan lain dari Universitas Stanford
bernama Stanley Cohen menemukan cara bagaimana memasukkan materi DNA berbentuk
lingkaran atau plasmid ke dalam sel. Walau tinggal berjarak hanya 60 km saja,
keduanya tidak pernah bisa bertemu sehingga dapat menyatukan teknologi yang
dimilikinya itu. Sampai akhirnya pada tahun 1972, keduanya bertemu di sebuah
pertemuan ilmiah, ribuan kilometer dari tempat mereka tinggal dan bekerja di
Kalifornia, yaitu di Hawaii. DNA yang sudah disambung lagi dengan teknologi
Boyer dapat diperbanyak dengan memasukkan ke dalam sel bakteri dengan teknologi
Cohen. Karena bakteri berkembang biak sangat cepat, DNA yang telah dimasukkan
pun jadi banyak dalam waktu singkat, sehingga dapat dicek keberadaannya dengan
mudah [4]. Inilah inti dari teknologi DNA rekombinan.
Teknologi saja tidak bermakna ekonomi tanpa ada satu
kegunaan. Biasanya bukan ilmuwan yang punya gagasan ekonomi tapi usahawan [5].
Untungnya seorang pebisnis yang juga tinggal di Kalifornia bernama Robert
Swanson mendengar keberhasilan dua ilmuwan itu yang tidak pernah dipublikasikan
di koran tapi hanya di jurnal ilmiah saja dan melihat peluang bisnis yang
besar. Peluang bisnis apa sebenarnya yang ada? Insulin adalah hormon berbentuk
protein yang sangat dibutuhkan manusia untuk mengatur kadar gula/glukosa dalam
darah. Sistem pengaturan yang rusak, menyebabkan manusia menderita penyakit
Diabetes Mellitus (DM). Penderita DM harus secara rutin menyuntikkan insulin ke
dalam tubuhnya karena sudah tidak bisa memproduksi sendiri. Dari mana datangnya
insulin itu? Dari pankreas sapi. Untuk itu perusahaan farmasi dunia selama ini
harus mengumpulkan ribuan sapi hanya untuk mendapatkan sekian mg insulin bagi
penderita DM. Karena insulin adalah protein dan protein dibuat dengan informasi
dari DNA, maka pengusaha Swanson melihat kemungkinan membuat insulin rekombinan
dengan bakteri yang telah direkayasa genetika menggunakan teknologi temuan
Cohen dan Boyer itu. Maka lahirlah pada tahun 1976, masih juga di Kalifornia,
perusahaan bioteknologi modern pertama di dunia yaitu Genentech (singkatan dari
Genetich Engineering Technology) yang memproduksi protein-protein rekombinan
seperti insulin, hormon pertumbuhan, dll [6].
DNA dan protein yang kita dengar di atas adalah dua dari
empat molekul biologi penyusun sel. Dua lainnya adalah karbohidrat dengan
contoh yang sudah disebutkan adalah glukosa, selain itu juga sukrosa yang
menjadi komponen utama gula manis dan satu lagi adalah lipid atau minyak.
Pengunaan molekul-molekul biologi itu, bahkan sampai kepada kemampuan
memanipulasi atau merekayasa adalah revolusi teknologi yang menyebabkan
lahirnya bioteknologi modern. Jadi ada perubahaan dalam bioteknologi tua
menjadi bioteknologi modern yaitu perubahan penggunaan materi hayati dari
tingkat sel atau seluler ke tingkat molekul atau molekuler.
Teknologi DNA rekombinan bukanlah satu-satunya tetapi
memang adalah tonggak utama dari lahirnya bioteknologi modern. Beberapa tonggak
penting lainnya dimulai dari penemuan fenomena pewarisan sifat oleh Gregor
Mendel (tahun 1866), keyakinan bahwa materi genetik adalah DNA oleh Oswald
Avery (1944), dugaan struktur double helix DNA oleh Watson dan Crick (1953),
penemuan mRNA oleh Monod dan Jacob (1961), pengungkapan kode genetik oleh
Khorana dan Nirernberg (1966), inovasi teknologi hibridoma oleh Milstein dan
Kohler (1974), pengembangan teknologi pembacaan sekuen DNA oleh Maxam dan
Gilbert (1977) sampai penemuan teknologi penggandaan DNA, PCR oleh Karry Mullis
(1983). Semua ini biasanya tercakup dalam kuliah biologi molekuler yang memang
menjadi fondasi dari bioteknologi modern [7].
3. Perkembangan Bioteknologi
Perkembangan bioteknologi setelah lebih dari 30 tahun
diawali dengan teknologi rekayasa genetika ini menjadi semakin cepat. Dalam
dogma sentral atau pemahaman dasar ilmu biologi diketahui bahwa cetak biru
kehidupan DNA menyimpan informasi yang pemanfaatannya dilakukan melalui
perubahan informasi itu ke materi baru yaitu RNA. Proses ini disebut
transformasi. Selanjutnya RNA juga dirubah informasinya ke dalam materi akhir
yaitu protein dalam proses translasi. Dari alur informasi dalam dogma sentral
itu bisa dipahami bahwa rekayasa DNA/genetika membawa implikasi pada perubahan
RNA sebagai materi pertengahan maupun kepada protein sebagai produk akhir.
Hanya sepuluh tahun dari lahirnya rekayasa genetika/teknologi DNA rekombinan,
lahirlah teknologi baru dalam kancah bioteknologi yaitu rekayasa protein [8].
Rekayasa protein saat ini menjadi andalah bioteknologi modern karena
produk-produk bioteknologi yang beredar luas di masyarakat umumnya berbentuk
protein seperti obat-obat dari jenis hormon, antibodi sampai alat-alat diagnosa
penyakit untuk aplikasi kedokteran/kesehatan maupun untuk aplikasi pangan
seperti protein BMP/bone morphological protein dalam susu bubuk bahkan ke
kosmetika seperti collagen dalam shampoo dan protease dalam pasta gigi.
Penemuan bahwa RNA juga dapat memiliki aktivitas
enzimatik seperti enzim yaitu ribozyme melahirkan teknologi baru dalam
bioteknologi yaitu rekayasa RNA. Walaupun belum semaju teknologi rekayasa
genetika dan rekayasa protein karena materi RNA umumnya mudah hancur dan
berumur pendek, perkembangan teknologi rekayasa RNA semakin jadi perhatian.
Misalnya penggunaan teknologi RNA interference untuk mematikan fungsi gen
tertentu terbukti lebih efektif daripada pematian gen pada tingkat DNA
menggunakan teknologi knock-out gen misalnya.
Yang lebih menghebohkan sekarang adalah lahirnya
teknologi kloning. Teknologi kloning dapat dibagi menjadi dua yaitu teknologi
kloning terapi dan teknologi kloning reproduksi . Teknologi kloning terapi yang
legal dan didukung semua negara karena manfaatnya untuk membuat jaringan dan
organ sebagai ganti dalam pencangkokan jaringan atau organ yang rusak.
Sementara teknologi kloning reproduksi ditentang dunia termasuk PBB karena
bertujuan membuat individu baru serupa yang berakibat sosial luas. Teknologi
kloning terapi semakin menjadi kenyataan setelah ilmuwan Korea Selatan
baru-baru ini berhasil membuat sel syaraf, sel pembuluh darah dan sel kulit
yang dapat menggantikan sel-sel rusak seperti pada penderita Parkinson
contohnya Muhammad Ali petinju dan Michael J. Fox artis film Back to the Future
yang sel syaraf otaknya mati sehingga menjadi pikun dan tidak dapat
beraktifitas normal [10]. Untuk kedepannya, sel-sel itu perlu dibentuk menjadi
jaringan atau kumpulan sel dengan fungsi sama seperti jaringan kulit, jaringan
tulang rawan dll. Cangkok jaringan ini yang sebenarnya lebih banyak diperlukan
karena umumnya bagian tubuh yang berada di luar, lebih peka terhadap penolakan
dalam pencangkokan. Misalnya penderita luka bakar hanya dapat menerima kulit
dari tubuhnya sendiri tidak dapat dari donor lain. Rekayasa jaringan adalah
teknologi dalam bioteknologi yang dimulai tahun 1987 oleh ilmuwan MIT yaitu
Langer dan Vacanti untuk membuat jaringan-jaringan baru dengan tujuan
transplantasi/pencangkokan [6]. Menggunakan polimer biodegradable dalam media
pembiakkan khusus, dibuat cetakan yang mirip dengan jaringan baru yang akan
dibentuk. Selanjutnya ditanamkan ke dalam cetakan itu sel-sel yang menjadi
tunas lalu dibiakkan sampai menjadi jaringan yang sempurna. Menggunakan
teknologi rekayasa jaringan, jaringan manusia yang paling rumit yaitu jaringan
tulang rawan pembentuk telinga telah berhasil dibuat dan ditanamkan di atas
punggung tikus telanjang/nude mouse yang telah dimatikan sistem kekebalannya.
Telinga tersebut sama sekali tidak ditolak oleh tubuh tikus dan menempel dengan
sempurna. Inilah kemenangan teknologi jaringan yang banyak dinanti pasien
transplantasi, bukan untuk menyakiti hewan.
4. Perkembangan Bioteknologi sebagai Ilmu di Indonesia
Kurang lebih 15 tahun yaitu tahun 1985, pemerintah
Indonesia telah menjadikan bioteknologi sebagai prioritas pengembangan iptek
yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) [11].
Selanjutnya sejak tahun 1988, bioteknologi sudah masuk dalam REPELITA juga
sebagai prioritas pembangunan khususnya bidang iptek. Perkembangan terbaru dari
sisi kebijakan/aturan pemerintah yaitu pada tahun 2000 lalu, bioteknologi juga
muncul sebagai bidang prioritas dalam Jakstra Ipteknas yang dilanjutkan dengan
Renstra Ipteknas.
Dalam implementasi/penerapan dari kebijakan itu, pada
tahun 1990 mulai dipikirkan pembentukan SDM bioteknologi yaitu dengan
pembentukan PAU atau Pusat Antar Universitas bidang bioteknologi di UGM bidang
bioteknologi kedokteran, ITB bidang bioteknologi industri dan IPB bidang
bioteknologi pertanian. Kerjasama antar lembaga pendidikan dan penelitian
pemerintah juga mulai digesa dengan penunjukan pusat pengembangan atau center
of excellence dengan tiga bidang utama yaitu bioteknologi pertanian dengan
anggota PAU Bioteknologi IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, bioteknologi
kedokteran dengan anggota UI/Lembaga Biologi Molekul Eijkman dengan PAU
Bioteknologi UGM dan bioteknologi industri dengan anggota PAU Bioteknologi ITB
dan BPPT. PAU-PAU di universitas juga ditugaskan untuk mencetak SDM
bioteknologi dengan pembentukan program studi pasca sarjana S-2 dan S-3
bioteknologi. Riset tanpa dana, menjadi tak bermakna. Maka sejak tahun 1992
dana riset kompetitif terbesar di Indonesia yaitu RUT/Riset Unggulan Terpadu
yang dikoordinasi oleh RISTEK dan diemban pelaksanaan administrasinya oleh
LIPI, memasukkan bioteknologi sebagai salah satu program tersendiri yang
dibiayai. Selain RUT ada pula skema dana kompetitif serupa yaitu RUTI/untuk
tingkat internasional dan RUK/kemitraaan untuk kerjasama lembaga riset dengan
swasta. Usaha-usaha antara pemerintah menggandeng swasta ini membuahkan hasil
antara lain berdirinya Konsorsium Bioteknologi Indonesia/KBI dengan anggota
lembaga pemerintah, penelitian, pendidikan dan swasta industri farmasi dan
pangan khususnya. Selain beberapa lembaga yang telah disebut di atas, lembaga
pemerintah yang aktif mengembangkan bioteknologi lainnya adalah departemen
teknis yaitu Departemen Pertanian lewat Badan Penelitian dan Pengembangannya
seperti Badan Litbang Bioteknologi Pertanian dan Sumber Daya Genetik Pertanian
(Balitbiogen) yang berkantor di Bogor.
Himpunan bioteknologi juga mulai bermunculan baik yang
formal atau non-formal misalnya Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia,
Jaringan Peneliti Bioteknologi Indonesia, dsb. Tak kurang pula jurnal-jurnal
baik yang spesifik maupun yang lebih luas seperti Indonesian Journal of
Biotechnology yang berkantor di PAU Bioteknologi-UGM, sekarang berganti nama
menjadi Pusat Studi Bioteknologi-UGM, dsb.
Upaya terakhir pemerintah untuk mendorong kemajuan
bioteknologi Indonesia adalah rencana pembentukan lokasi khusus di pulau
Rempang, berdekatang dengan pulau Batam, sebagai wilayah khusus pengembangan
dan komersialiasasi bioteknologi farmasi dan pertanian [12,13]. Usaha ini
dikenal dengan istilah bio-island.
5. Perkembangan Bioteknologi Industri/Bioindustri di
Indonesia
Apabila perkembangan bioteknologi secara keilmuwan di
Indonesia kuat khususnya di bidang pertanian, perkembangan industri/bioindustri
Indonesia justru sebaliknya. Seperti contoh di pendahuluan, bioteknologi
pertanian dengan pemanfaatan tanaman transgenik oleh perusahaan seperti
Monsanto/Monagro Kimia, banyak mendapat tantangan. Sehingga pemanfaatan
bioteknologi pertanian kita masih bersandar pada bioteknologi tingkat tua yaitu
pemanfaatan pada tingkat seluler bukan molekuler. Contohnya adalah industri
kultur jaringan yang berkembang baik dalam industri kehutanan dengan kebutuhan
penyediaan bibit tanaman untuk reboisasi maupun untuk estetika seperti
bunga-buga untuk pajangan seperti anggrek, dsb. Kultur jaringan adalah
pembuatan bibit dan perbanyakannya menggunakan permainan komposisi media. Yang
digunakan bisa segala sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb
jadi lebih luas dari teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang
dimanipulasi adalah sel penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman
sempurna melalui hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah
bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi modern.
Bioteknologi pangan, cukup berkembang dengan baik walau
belum tereksploitasi secara optimal. Misalnya komposisi kecap yang membedakan
rasa, warna dan bau/flavor sangat dipengaruhi oleh jenis kedelai sebagai bahan
baku dan juga mikroba yang digunakan. Sementara ini semua masih dilakukan
secara tradisional walau secara penelitian sudah ada yang mulai mengarah pada
pemanfaatan flavor-nya. Demikian pula berbagai buah dan produk pertanian untuk
pangan baik sebagai perasa seperti vanili maupun pewarna dan bau yang banyak
dieksploitasi oleh industri flavor Eropa dan Amerika di Indonesia, juga makin
merasakan pentingnya bioteknologi modern. Selain flavor, kebutuhan yang besar
adalah enzim dan protein yang banyak digunakan dalam proses pembuatan produk
pangan seperti enzim protease, enzim lipase, dsb. Tak terkecuali dengan
pemanfaatan baru di kosmetik dan kebersihan seperti munculnya pasta gigi yang
mengurangi detergen dengan mengganti protease, shampoo dengan komposisi protein
collagen, dll.
Sektor industri yang semakin besar cakupan penggunaan
bioteknologinya di Indonesia adalah industri farmasi. Mungkin hal ini tidak
terlalu didengar karena sebagian besar komponen industri farmasi masih impor
dan produk-produk obat untuk bioteknologi masih dinikmati oleh kalangan berpunya
di kota besar saja. Obat-obat untuk pengobatan dan pendukung terapi kanker
misalnya, seperti hormon eritropoietin, hormon growth colony, stimulting
factor, antibodi spesifik, dsb adalah contoh-contoh obat yang sekali suntik
sekian juta rupiah harganya. Kalau obat resep seperti disebutkan, tidak pernah
diiklankan di media massa, tapi alat kedokteran untuk diagnosa bisa diamati.
Misalnya alat diagnosa penyakit DM yang harus mengukur kadar gula darahnya
secara teratur menggunakan alat pengukur gula darah, sudah mulai diiklankan di
media massa cetak nasional sejak beberapa tahun terakhir [14]. Komponen utama
dalam perangkat elektronik ini adalah enzim yang mengubah molekul glukosa
menjadi sinyal elektronik.
Perusahaan farmasi nasional baik yang BUMN seperti PT
Kimia Farma, Tbk dan PT Kalbe Farma juga mulai melirik kebutuhan produk obat
bioteknologi. PT Kimia Farma menggandeng LIPI dan lembaga riset Jerman,
Fraunhofer untuk mengembangkan teknologi produksi obat-obat berbasis protein
yang labih murah dengan teknologi molecular farming [15]. PT Kalbe Farma
menggandeng lembaga riset Kuba dan Eropa dengan membentuk anak perusahaan
bernama Innogen yang berkantor di Singapura.
6. Prospek dan Tantangan
Dengan uraian di atas, prospek perkembangan bioteknologi
di Indonesia terlihat semakin jelas. Pertama, untuk pendidikan S-1,
bioteknologi tidak harus berarti memiliki pengalaman eksperimen rekayasa
genetika. Karena fondasi bioteknologi adalah pemanfaatan molekul biologi baik
DNA, protein, dst. Maka pengalaman eksperimen biokimia mulai dari isolasi
protein/enzim dan karakterisasinya juga penting. Termasuk juga tingkatan
bioteknologi tua seperti pemanfaatan sel untuk bioreaktor, kultur jaringan dsb
juga penting. Pengalaman di tingkat S-1 bisa ditingkatkan dengan ke tingkat S-2
dan S-3 untuk penguasaan materi bioteknologi yang lebih dalam dan luas.
Penelitian bioteknologi bisa dilakukan pada umumnya di lembaga penelitian
Indonesia sendiri yang sudah mengarah ke bioteknologi modern seperti LIPI,
Eijkman, Balitbiogen, dan sebagainya.
Dengan mulai masuknya industri farmasi ke ranah
bioteknologi, maka peluang memasuki lapangan kerja dengan keahlian bioteknologi
semakin besar selain yang sudah ada selama ini untuk industri pangan dan
pertanian. Termasuk yang baru adalah industri kosmetika yang juga maju pesat.
Lembaga pemerintah terkait produk obat dan pangan yaitu Badan POM dalam
penerimaan pegawai tahun 2005 juga mulai mencari alumni bioteknologi yang
menunjukkan semakin banyaknya produk obat, termasuk vaksin dan pangan yang
berbasis bioteknologi.
Tantangan terbesar adalah penyediaan SDM terampil dan
berwawasan bioteknologi luas. Umumnya bioteknologi di Indonesia berlandaskan
bidang keilmuwan pertanian atau ilmu alam baik biologi atau kimia. Sedikit
seperti di UI ada yang berbasis kedokteran. Di luar negeri, negara maju seperti
Jepang, bioteknologi bisa saja berbasis keteknikan. Bahkan negara berkembang
sekalipun seperti Malaysia, beberapa universitasnya juga memiliki departemen
bioteknologi berbasis pertanian dan teknik sekaligus. Semakin besarnya
kebutuhan di Indonesia belum diikuti dengan penyediaan SDM bioteknologi yang
mumpuni tersebut. Saat ini tidak dipungkiri, para ilmuwan peneliti dan doktor
bioteknologi Indonesia masih sebagian besar almuni LN. Jadi merupakan tantangan
besar melahirkan SDM produk DN yang lebih tahu kondisi dan permasalah lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar